Sunday, April 22, 2007

Bencana,sebab,pengetahuan dan agama.

Tulisan ini saya buat dengan tanpa maksud untuk untuk merugikan ataupun menjelek jelekan sesuatu golongan atau siapa pun yang dapat merasa tersinggung dengan tulisan saya ini. Saya hanya ingin berbagi kepada semua orang yang membaca blog ini dan berdiskusi dengan para pembaca tentang pikiran saya ini. Jika ada masukan atau pendapat silahkan posting di comment ok.. ;)
Bencana,sebab,pengetahuan dan agama.Dalam beberapa tahun ini di Indonesia saya perhatikan banyak sekali tragedi dan bencana yang mengakibatkan kesedihan dan kehilangan baik dalam jasmaniah, rohaniah, ataupun materi. Dari Mulai Tsunami, Gempa Bumi di berbagai tempat, Lumpur Lapindo,Banjir yang semakin tahun semakin parah, serta kecelakaan yang semakin hari semakin memprihatinkan. Marilah kita semua merenung sejenak tentang semua ini. Sadarilah bahwa semua akibat didapatkan dari sebuah sebab. Semua bencana ini disebabkan oleh ulah kita sendiri dan semua kejadian saling berkait sekecil apapun itu sampai hal yang sering kita sepelekan, contoh hal yang paling kecil seperti membuang sampah sembarangan padahal di setiap sudut sering ditemui larangan dan pengingat tetapi masih saaja dilakukan, saya jadi berpikir apakah manusia sekarang ini sudah terlalu bebal ? dalam sehari satu keluarga pasti mempunyai sampah dan ada berapa juta keluarga di negara kita ini? setiap hari sampah masih dapat terlihat di pinggir sungai yang setiap hari semakin bertambah bukankah sudah jelas penyebab banjir itu? itu hanya contoh kecil dan hanya salah satu penyebabnya, masih ada banyak sekali penyebab lainnya yang kurang diperhatikan karena sibuk dengan kesehariannya padahal semua kesibukannya itu tak akan berarti banyak jika tabungan kelalaiannya itu sudah berbuah menjadi sebuah banjir bandang, Gempa bumi, pemanasan global, dll. Sekarang sudah banyak orang yang menderita karena kelalaian manusia apapun bentuknya itu meskipun kadang terlihat tidak saling berkait. Yang membuat saya semakin sedih adalah semakin hari semakin banyak orang yang memikirkan dirinya sendiri dengan mencari untung ataupun memanfaatkan keadaan pada korban dari bencana. Pada kasus banjir tahun 2007 kemarin banyak orang kehilangan seluruh materi miliknya dan bahkan ada yang kehilang saudaranya, tetapi sebagian dari para pedagang malah menaikkan harga barang yang dibutuhkan bukannya menolong para korban, percaya tidak percaya masa harga lilin dari Rp.1000 menjadi Rp.3000 per buah? dan begitu ada pembagian makanan masyarakat saling berebut untuk mendapatkannya meskipun ada yang tergolong tidak terlalu sulit keadaan mereka dibandingkan korban lain yang rumahnya tertutup sampai atap rumah. Dimanakah rasa kemanusiaan mereka? terdengar suara tawa canda yang mengiris hati ini, "Lumayan nih, pada mau nggak loe? ini gw dapet banyak hahahaha" itu yang terdengar dari mulut orang itu.Mengapa sekarang ini yang ada pada pikiran manusia hanya untung atau rugi? Memikirkan hal itu membuat saya teringat pada prinsip dasar ekonomi yang mengatakan "Mengeluarkan modal yang sesedikit mungkin dan meraih laba sebesar-besarnya", dalam prinsip ini bila dilihat sekilas memang para pedagang yang mengambil untung itu benar tetapi bila kita melihat lebih jauh kedalam lagi, prinsip itu tidak ditujukan kepada para korban ataupun untuk merugikan orang lain yang tertindas. Saya mengatakan hal ini berdasarkan oleh tujuan manusia pada awalnya untuk menggali ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk membangun dan membantu manusia agar dapat hidup layak dan beradab, bukan untuk menindas ataupun merugikan orang lain. Janganlah kita melupakan tujuan mulia tersebut dan berusaha membenarkan diri atas tindakan yang tidak mulia tersebut.

Hmm... pernahkah anda dengar seseorang berkata "ahh, ini kan bisnis ! dalam bisnis itu biasa.." . nah... Pernah saya dengar perkataan seseorang yang mengaku bisnisman berkata seperti itu karena dia telah menipu rekannya dengan menggelapkan uang barang dagangan milik rekannya tsb dan menjual kepada kliennya barang tersebut dengan menjamin bahwa kualitas brg tersebut kualitas no.1 , padahal rekannya sudah mengatakan kepadanya pada saat negosiasi antara penjual dan perantara bahwa itu adalah barang tidak berkualitas dan sang penjual juga ingin menjualnya dengan keadaan tersebut tanpa ingin menipu siapapun. Akan tetapi sang clien terbuai oleh jaminan bisnisman (perantara) tersebut padahall semua omongannya hanya omong kosong belaka dan tidak berdasar. Pada akhirnya sang klien tertipu membeli barang rongsokan dengan harga berkualitas sedangkan penjual tidak mendapat apa-apa karena uang tersebut dibawa lari oleh bisnisman tersebut . ck...ck...ck..
Begitu murahnya harga diri manusia saat ini dan tidak lagi memiliki norma dan etika ... demi urusan perut maka tidak lagi memikirkan keadaan dan kepentingan orang lain.

Seorang sales sebuah produk alat rumah tangga mempromosikan barang dagangannya dengan berbagai keuntungan yang akan diterima kliennya dengan memakai produk tsb. "bisa bikin hemat ini, hemat itu, nambah ini, nambah itu.." begitulah cuap cuap nya, memang itu adalah tuntutan pekerjaannya sebagai sales, akan tetapi apakah sesuai dengan kenyataannya ?.
"Namanya juga jualan..." Begitu biasanya kata orang ... Apakah itu tandanya kita mewajarkan perbuatan tidak terpuji tersebut? dan yang paling parah adalah orang-orang yang menjual nama agama demi tercapainya suatu tujuan pribadi ataupun golongannya.

Apakah gunanya kita melatih kepintaran dan ilmu pengetahuan kita jika pada akhirnya hanya digunakan untuk membodohi orang lain dengan alasan mengisi perut atau memenuhi kebutuhan hidup? saya jadi berpikir betapa tentramnya peradaban manusia pada zaman dahulu kala yang hidup berburu ,bercocok tanam , atau sebagai nelayan. hidup mereka begitu tentram dan damai, bergotong royong, saling melindungi tanpa pamrih dan mereka hidup bersama-sama hingga muncul penemuan untuk mempermudah pekerjaan mereka seperti roda, kapak, gerobak, dllnya hingga pada saat ini ada mobil, handphone, komputer, dll... nah dari situ kita dapat melihat kembali tujuan utama pembuatan alat dan mesin tersebut, yang pada intinya adalah membantu dalam bekerja demi kehidupan bersama-sama (karena pada zaman dahulu manusia hidup berkelompok). jadi kesimpulannya bukan demi bergaya dan trend yah... :p ...

nah, melihat dari sisi tersebut ...dimanakah letak kegunaan orang orang yang menipu demi perutnya sendiri, ataupun orang yang membodohi orang lain ? jika sebagian besar orang bekerja dan membanting tulang demi kemajuan bersama sedangkan orang orang tersebut menipu kaum pekerja keras demi mengisi perut apakah dapat dibenarkan ?... menurut saya tentu tidak... justru kita harus memberantas orang orang seperti itu dengan cara mulai menegakkan keadilan dan bersuara agar tercipta persatuan orang orang yang bertujuan murni sehingga pada akhirnya mereka pun tersingkir. karena seharusnya orang seperti itu justru hidup dari belas kasih pekerja keras yang bertujuan murni demi kemajuan bersama dan bukan memanfaatkan hasil dari kerja keras orang lain.


weleh.... jadi luas begini yah... hihihi... sebenernya udah ngantuk nih... besok sambung lagi yah... hahahaha sorry dah ngelantur...

Nah anyway... pada intinya apabila kita mengetahui orang orang yang menipu seperti ini, janganlah berdiam diri... mulailah selidiki dan laporkan kepada yang berwajib beserta dengan bukti nyata ... dan beritahukan kepada yang lain agar tidak tertipu olehnya... karena awal dari bencana dan kemusnahan adalah dari orang yang serakah, egois, dan membenarkan segala cara..
Contohnya adalah :
Pada pemotongan kayu liar oknum2 menebang hutan liar tanpa memikirkan penanaman kembali dan akibatnya bagi masyarakat luas, menghasilkan kayu dan pekerjaan bagi penebangnya tetapi merugikan negara dan masyarakat dengan akibat yang ditimbulkan semua kembali kepada keinginan mendapat keuntungan yang lebih dari yang seharusnya (keserakahan), Kepentingan diri sendiri dan tidak perduli akan akibat yang ditimbulkan bagi masyarakat ataupun binatang liar di daerah tsb (keegoisan), dan menggunakan segala cara agar tercapai tujuan penebangan liar tersebut.

No comments: